THE MORE YOU EXPLORE! THE MORE YOU KNOW YOURSELF!

Keep inspired, keep the spirit on HOTMOM!

Be BRAVE, be a HOTMOM!

Learn to take care of yourself before you start taking care of others! Travel and explore! Be sure to keep everyone save!

Figure out whether you're a HOTMOM or not by reading this blog!

To live your life to the fullest! We must break the ordinary!

Saturday, August 30, 2014

FUN NIGHT @JONKER STREET


Salam Cinta HotMom,

Banyak cerita tentang Jonker Street dan review melalui Trip Advisor mengenai daerah ini dimana semuanya memberikan penilaian yang sangat bagus. Oleh karena itu sayapun tertarik untuk datang kesini bersama anak saya Oris dimana anak saya memang sedang kuliah di Kuala Lumpur. Perjalanan dari Kuala Lumpur ke Malacca hanya 2 jam mengunakan kendaraan dengan melalui jalan tol. Sangat mudah perjalanan kami karena Oris menggunakan Waze sebagai penunjuk arahnya.

Tidak ingin berlama-lama di hotel, kamipun mulai mencari jalan menuju Jonker Street yang lokasinya tidak jauh dari hotel tempat kami menginap.


Jonker Street – adalah jalan pusat Chinatown - pernah terkenal karena banyak toko-toko antic disini. Namun selama bertahun-tahun itu telah berubah menjadi penjualan pakaian, kerajinan , serta restoran.
Saya dan Oris tiba di Jonker sore hari sekitar jam 6.30 dimana matahari sudah mulai terbenam. Oleh karena para pedagang masih bersiap-siap maka kamipun berjalan kaki mengelilingi area sekitar Jonker Street.


Kami menemukan area perumahan dengan nama “Kampung Ketek”…hahaha…mungkin maksudnya adalah kampung kecil karena jumlah perumahan yang ada di area tersebut hanya sedikit.
Banyak sekali tempat bersejarah dan spot yang sangat bagus untuk berfoto disini sehingga kami lupa untuk mempelajari lebih jauh tentang bangunan bersejarah yang ada.


Kami berjalan kaki sangat jauh mengelilingi area sekitar Jonker Street. Panduan yang kami baca adalah bahwa kami harus mengunjungi Malacca River, Gereja Merah, Museum dan bangunan bersejarah lainnya yang lokasinya berada di sekitar Jonker Street.
Kami sengaja menunggu malam untuk menjajaki Jonker Street karena katanya hiruk pikuk Jonker Street adalah pada saat malam tiba.


Setelah mengitari Gereja Merah kami mulai menyusuri pinggiran sungai menuju tempat pemberhentian kapal pesiar yang akan membawa kami berkeliling mengitari Malacca River selama 40 menit dengan harga tiket 20RM per orang.


Banyak pemandangan indah yang kami lihat saat mengitari Malacca River sembari mendengarkan penjelasan sejarahnya melalui rekaman dan pengeras suara.


Sepanjang sungai terdapat jembatan yang sangat indah, tempat hiburan , juga ada restoran Medan Selera yang terlihat ramai dikunjungi orang.


Yang menarik perhatian saya adalah dinding-dinding hotel bertingkat yang dilukis dengan berbagai macam karakter menciptakan kesan tersendiri bagi yang memandangnya saat mengitari sungai.


Yang tidak kalah menariknya adalah pemerintah setempat tetap mempertahankan rumah adat Malacca yang dijadikan museum dimana turis dapat melihat kehidupan penduduk asal kota Malacca jaman dahulu secara nyata.


Setelah selesai menyusuri Malacca River, kami kembali berjalan kaki melewati Gereja Merah menuju Jonker Street. Dari kejauhan sudah terdengar hiruk pikuk suara bising baik dari suara pengunjung, klakson mobil maupun suara musik dari panggung hiburan.
Sebelum menuju Jonker Street saya menyempatkan berfoto di depan becak-becak yang dihias dengan sangat meriah oleh pemiliknya. Ternyata becak-becak ini merupakan salah satu daya tarik bagi turis sebagai kendaraan yang digunakan untuk mengitari area Jonker Street.


Beginilah pemandangan di Jonker Street….panggung hiburan dan turis yang lalu lalang di jalan ini memadati jalan yang lebarnya tidak lebih dari 5M saja karena sudah dipenuhi oleh para penjual.


Bagian terbaik dari Jonker Street adalah pasar malam pada hari Jumat dan Sabtu yang menjual segala sesuatu mulai dari makanan yang sangat lezat sampai kenang-kenangan yang harganya sangat murah.
Oris menyempatkan diri mengambil foto para pedagang dengan berbagai ekspresi wajahnya……


Setelah puas menyusuri Jonker Street selama hampir 2 jam dan menikmati panggung musik yang menyanyikan lagu Bengawan Solo dalam bahasa Mandarin, kamipun mulai merasa lapar dan mencoba mencari makanan yang tentunya Halal. Inilah menu makan malam kami…..enak sekali…..


Tidak terasa hampir 6 jam lamanya  kami habiskan waktu disini mengeksplor tempat wisata di area Jonker Street di Malacca dan waktu menunjukkan sudah  hampir jam 12 tengah malam tapi pengunjung malah semakin ramai.
Inilah daya tarik Jonker Street bagi para turis mancanegara…..

Hotmom, senang bisa berada disini bersama keluarga karena banyak hal yang bisa dipelajari disini mulai dari sejarahnya, bangunan ibadah dari berbagai agama, museum dan tempat hiburan kumpul menjadi satu sehingga kita tidak perlu kemana-mana lagi.

Semoga Hotmom berkesempatan untuk mengunjungi Jonker Street di Malacca.

BYE HOTMOM

Merayakan Hari Kemerdekaan @Malacca

Salam Cinta HotMom,



Di usia saya yang 46 tahun pada tanggal 18 Agustus ini , sebelumnya saya tidak pernah melewatkan tontonan televisi di pagi hari setiap upacara hari Kemerdekan RI yang jatuh pada tanggal 17 Agustus. Namun kali ini saya berada di Malacca bersama anak saya Oris untuk menikmati liburan dan Ulang Tahun saya di Kuala Lumpur. Tidak ada tontonan upacara Kemerdekaan maupun melihat Bendera Indonesia Merah Putih yang biasanya sudah terpasang di depan rumah.

Yang kami lakukan pada tanggal 17 Agustus ini adalah mengikuti program bersepeda yang ditawarkan melalui brosur di Hotel pada saat kami check in di hotel Swan Garden Malacca. Pada brosur tercantum bahwa program ini merupakan program favorite di Trip Advisor dan masuk dalam liputan Lonely Planet. Dengan membayar 100RM per orang kamipun mengikuti program ini.


Tepat jam 9 pagi tanggal 17 Agustus yang jatuh pada hari minggu, kami sudah dijemput oleh pak Alias dengan kendaraannya dan dibawa menuju area berkumpul di daerah perkebunan kelapa sawit di Malacca. Ini adalah rumah tempat tinggal pak Alias dimana dia mengelola sendiri usaha bersepeda ini dibantu satu orang staffnya. Rumahnya sangat luas dengan gudang tempat penyimpanan sepeda yang terletak di halaman depan rumahnya.


Kami berjumlah 13 orang dan saling berkenalan satu dengan yang lainnya sebelum program bersepeda dimulai. Peserta ada yang berasal dari German, Italy, Perancis dan Singapore. Hanya kami berdua yang berasal dari Indonesia.


Setelah diberikan briefing oleh pak Alias mengenai penggunaan sepeda, route bersepeda, peringatan bahaya, dan lain-lainnya, maka kamipun berangkat dengan semangat yang menggebu-gebu…


Setelah 15 menit bersepeda memasuki perkebunan karet kami berhenti untuk mendengarkan informasi yang disampaikan oleh pak Alias. Dia menjelaskan tentang perkebunan Karet yang ada disana. Berapa luasnya, kemana saja di ekspor, siapa saja yang bekerja disana sampai kepada proses kerjanya. Pak Alias memperlihatkan dan menjelaskan secara detil proses pengerukan getah karet. Getah karet yang tersisa dibuat mainan bola oleh pak Alias dan diberikan kepada kami….


Setelah menjelaskan seputar perkebunan karet kami melanjutkan bersepeda dengan mendaki bukit yang penuh dengan bebatuan dan jalan berlumpur. Malacca diguyur hujan sehari sebelumnya sehingga tanah disana menjadi becek.
Setelah susah payah mengayuh sepeda mendaki bukit kamipun berhenti untuk mendengarkan penjelasan selanjutnya dari pak Alias. Di tempat kami berhenti ini terdapat perkebunan buah-buahan seperti buah Duku, Manggis, Pepaya, Rambutan, Durian dan tanaman sayur-sayuran seperti ubi dan singkong.


Sejuk sekali udara disini…. Lelah dan keringat yang bercucuran karena mendaki hilang begitu tiba di lokasi ini. Oleh karena saya dan Oris sudah terbiasa dengan jenis buah-buahan yang dijelaskan, maka kamipun menyempatkan untuk berfoto selagi pak Alias memberikan penjelasan kepada seluruh peserta.


Perjalanan akhirnya diteruskan setelah peserta mencoba dan mengabadikan semua buah-buahan yang dijelaskan oleh pak Alias.

Perjalanan dilanjutkan dengan mendaki dan memasuki area hutan tanpa terlihat lagi jalan setapak yang menjadi area bersepeda kami. Saya cedera kena duri daun kelapa sawit yang melintang di area hutan sedangkan Oris cedera terkena batu. Berdua kami mengalami luka sobek pada jari-jari kaki.
Dengan susah payah dan nafas yang tersengal-sengal berjuang naik ke atas bukit akhirnya kami berdua tiba di urutan terakhir ditemani oleh pak Mamat asisten pak Alias.
Dari atas bukit ini terlihat betapa luasnya perkebunan kelapa sawit yang ada….


Setelah beristirahat selama 10 menit, persoalan mulai muncul karena kami harus menuruni bukit. Pak Alias kemudian memberikan arahan apa saja yang harus kami lakukan saat menuruni bukit. Saya sangat khawatir karena bersepeda bukan keahlian saya. Tapi harus dilakukan karena saya harus turun dari bukit ini….


Ditengah jalan menurun, kami berhenti lagi untuk istirahat dan mendengarkan penjelasan dari pak Alias mengenai binatang yang ada di area perkebunan ini seperti sapi, ular, monyet dan jenis binatang lainnya.


Sambil beristirahat mendengarkan penjelasan, kami sempat mengambil foto seorang bapak yang sedang membawa makanan untuk ternaknya dan mencicipi buah-buahan yang diambilkan oleh pak Mamat dari pohon yaitu buah Duku. Ach….manis sekali rasanya…

Setelah menuruni bukit sekitar 30 menit, akhirnya kami tiba di ujung pagar pembatas. Kami harus memanjat pagar agar bisa berada di jalan raya kembali.


 Sebelum kembali ke base camp kami istirahat di peternakan burung wallet. Bisa dilihat di belakang foto Oris ada bangunan Ruko berwarna kuning . Itulah tempat peternakan sarang burung wallet.


Kemudian perjalanan masih dilanjutkan sekitar 15 menit untuk bisa tiba di base camp pak Alias.

Setelah bersepeda selama hampir 4 jam, akhirnya kami tiba di base camp dan istirahat dengan meluruskan kaki dan betis yang rasanya sangat sakit dan berdenyut-denyut akibat luka.

Sambil duduk saya merenung dan mengagumi cara kerja pak Alias yang sangat profesional yang sangat mempromosikan Negara tercintanya Malaysia.
Bagaimana dengan saya ? rasa bersalah yang timbul karena seharusnya saya berada di Indonesia saat ini merayakan dan merenungkan arti Kemerdekaan untuk bangsa Indonesia.
Tapi, walaupun berada di Malacca dan merasakan begitu banyak keindahan disini, saya tetap rindu dan ingin segera pulang ke Jakarta.

SELAMAT HARI KEMERDEKAAN 17 AGUSTUS 2014…


BYE HOTMOM

CUCI MATA @ BANDUNG (LAWANG WANGI)



Salam Cinta HotMom,

Lawang Wangi adalah lokasi kedua yang saya kunjungi setelah Kawah Putih. Masih berlebaran di Bandung, hari kedua lebaran, saya mengikuti saran seorang teman untuk mendatangi tempat ini yang saat ini sedang ramai dibicarakan dikalangan wisatawan.

Malam sebelumnya saya mencari informasi terlebih dahulu mengenai Lawang Wangi di internet dan alamat lengkapnya agar saya tidak salah jalan. Lebaran kedua di Bandung jalanan pasti macet total karena banyak pengunjung dari luar kota berlibur ke Bandung. Apalagi lokasi Lawang Wangi berada di area Dago atas sehingga saya harus pintar mencari jalan kesana agar tidak terjebak macet. Buat pembaca Hotmom, saya berikan informasinya…

PANDUAN JALAN MENUJU LAWANG WANGI

Tepat jam 11.00 siang saya berangkat bersama Oris dan Mora (anak kakak saya) dari rumah mama di Turangga menuju Dago. Di persimpangan Dago menuju Dago atas terus saja ikuti jalan sampai bertemu dengan Hotel Sheraton di sisi kanan jalan. Lanjutkan perjalanan terus sampai bertemu Hotel ………..di sisi kiri jalan. Tidak jauh dari hotel tersebut ada persimpangan jalan maka ambil ke arah kiri menuju Dago Giri.

Masuk ke jalan Dago Giri akan melalui jalan kecil yang hanya cukup untuk 2 kendaraan roda empat saja dengan jalan mendaki. Setelah itu ikuti terus signage Lawang Wangi yang ada, maka kita akan tiba di Lawang Wangi yang mayoritas berwarna putih dan kaca.


Sangat mudah menemukan lokasi ini.
Kami tiba di Lawang Wangi sekitar jam 11.40 dengan kondisi belum ramai sehingga masih mendapatkan parkir di area dalam gedung. Banyak pengunjung yang berfoto di taman luar sebelum masuk ke area dalamnya. Terlihat dari luar pernak pernik interior yang dijual oleh pemilik tempat yang membuat saya ingin segera masuk ke dalam. Namun, saya menghabiskan waktu dulu diluar sekitar 20 menit untuk berfoto baru masuk ke area dalam bangunan.


Pemandangan disini indah sekali, kita bisa melihat kota Bandung dari atas bukit.


Kami masuk lantai satu bangunan dan menemukan area pernak-pernik sangat unik dan menarik yang dijual oleh pemilik Lawang Wangi. Yang dijual beragam mulai dari kursi kecil dari kayu, selendang batik sampai gantungan kunci.


Sebelum naik ke lantai berikutnya, saya menyempatkan berfoto di tangga naik dimana di dinding terpajang lukisan berlatar belakang dinding abu-abu. Kombinasi warna yang sangat serasi yang dipikirkan oleh pemilik gedung ini.


Di lantai ini dijual barang-barang keperluan interior seperti kebutuhan untuk kamar mandi, patung, pakaian, sepatu dan tas untuk pria maupun wanita. Saya membeli karpet kamar mandi disini dengan warna hitam putih seharga Rp. 350.000.


Selesai membayar di kasir, saya naik ke lantai berikutnya dan berhenti di tengah-tengah karena terlihat di plafon lampu yang terbuat dari ribuan kancing berwarna merah. Wach….hasil karya yang luar biasa…..


Di lantai paling atas inilah adalah tempat makan yang terbagi menjadi dua yaitu ruang dalam dan ruang luar.


Ruang dalam terdapat mezzanine untuk beberapa meja dan ruang luar selain terdapat jembatan yang berfungsi sebagai tempat menikmati pemandangan kota Bandung juga terdapat sofa yang nyaman untuk bersantai sambil menyantap makanan.


Makanan yang kami pesan disini antara lain nasi goreng, tahu goreng ,sphagetti dan beberapa gelas minuman.

HotMom,

Beberapa saat menjelang pulang, adik saya datang bersama suami dan anak kembarnya. Kami sempatkan untuk berfoto bersama sebelum kami meninggalkan Lawang Wangi.

Banyak yang berkesan disini yaitu Lawang Wangi yang memiliki taman dengan kreasi yang menarik, area penjualan pernak pernik yang ditata dan di design dengan unik, area penjualan baju dan tempat makanan menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan yang membuat pengunjung betah berlam-lama berada di Lawang Wangi adalah hasil karya anak bangsa Indonesia.

Saya merekemondasikan HotMom untuk datang kesini bersama keluarga apabila memang sedang berada di Bandung.


BYE HOTMOM

CUCI MATA @ BANDUNG (KAWAH PUTIH)


Salam Cinta HotMom,

Kemana saja selama liburan panjang lebaran ini ? Tentunya ada yang mengunjungi orang tua dan ada yang ke luar negeri untuk berlibur, seperti teman saya yang berlibur ke Turki yang membuat saya iri dan ingin juga pergi ke sana suatu hari nanti.
Liburan Idul Fitri, saya ke Bandung kumpul bersama orang tua dan keluarga besar. Tidak mau bingung dengan lamanya libur yang ada, setelah sholat Idul Fitri, sekitar jam 1.30 saya dan keluarga berangkat menuju Ciwidey dimana disana terdapat KAWAH PUTIH yang konon katanya sangat indah.

Sudah sejak 30 tahun yang lalu saya berada di Bandung tapi belum pernah sekalipun saya mendatangi Kawah Putih. Penasaran dengan informasi yang saya dapat, maka perjalananpun saya mulai dari rumah Mama yang berada di area Turangga, Buah Batu, Bandung.

PANDUAN JALAN MENUJU KAWAH PUTIH


Dari jalan Buah Batu menuju bypass kitabelok kanan di lampu merahnya. Setelah belok kanan, terus saja sampai ketemu perempatan lampu merah yang kedua lalu belok kiri masuk ke jalan Mohammad Toha. Ikuti saja jalan besar ini, kemudian masuk ke pintu tol Moh. Toha dan ambil tiket di pintu tol ini.


Keluar di pintu tol Kopo dengan membayar tiket sebesar Rp. 2000. Setelah membayar tol, ikuti jalan dan di pertigaan belok ke kanan masuk ke jalan Kopo. Jalan Kopo ini sangat panjang. Apabila HotMom sudah bertemu Hypermart di sisi kiri jalan dan Yogya Department Stora di sisi kanan, maka HotMom berada di jalur  yang sudah benar.

Terus ikuti jalan Kopo ini maka  di sisi kiri akan bertemu pangkalan udara TNI AU Sulaiman.


Teruskan perjalanan sampai bertemu dengan pertigaan yang ada masjid kemudian belok ke kanan. Ikuti petunjuk jalan arah Soreang dan Ciwidey.


Ikuti terus jalan mendaki seperti menuju puncak dan HotMom akan melihat pemandangan yang sangat indah saat menuju kesana yang tidak akan HotMom temui di Jakarta. Sawah dengan latar belakang pegunungan maupun kebun sayur-sayuran menjadi pemandangan sepanjang jalan menuju Kawah Putih Ciwidey.


Jalannya tidak terlalu besar dan banyak kendaraan roda 2 yang tidak menggunakan spion sehingga kita harus ekstra hati-hati dalam mengendarai kendaraan. Karena hari ini adalah hari pertama Idul Fitri, maka belum terlalu ramai jalan menuju ke Ciwidey.


Setelah 1.5 jam berkendara, akhirnya kami tiba di pintu masuk Kawah Putih di Ciwidey. Terasa udara yang sejuk saat saya kami membuka jendela mobil untuk membayar tiket masuk.


Tidak murah tiket masuk yang harus kami bayar, yaitu Rp. 150.000 untuk kendaraan belum termasuk tiket perorang. Harga ini apabila kita membawa kendaraan sendiri untuk naik ke atas. Tapi apabila kita meninggalkan mobil di bawah maka kita harus membayar Rp. 60.000 belum termasuk angkutan umum yang akan membawa kita keatas dan tiket masuk per orang.


Saya memutuskan untuk membawa kendaraan sendiri naik ke atas menyusuri jalan yang sarat dengan pepohonan tinggi tanpa menggunakan AC mobil. Jalanannya terjal tapi pemandangannya sangat indah dan cukup untuk 2 mobil saja.
Diperlukan sekitar 10 menit berkendara ke atas untuk tiba di area parkir Kawah Putih. Udaranya sangat segar diatas sini tanpa ada bau belerang. Namun tertera di papan bahwa sebaiknya pengunjung menggunakan masker karena udara di sekitar Kawah Putih bisa membuat tenggorokan kering dan bibir pecah-pecah. Tapi kami tidak membeli masker dan langsung berjalan menuju area Kawah Putih.


Saya berhenti sejenak setelah melihat Kawah Putih dari atas anak tangga dan tertegun……..tidak bisa saya ungkapkan dengan kata-kata, tapi Kawah Putih yang berada di depan saya ini sangat indah dan luar biasa……


Saya dan Oris mulai mencari lokasi yang bagus untuk berfoto. Dan inilah hasil foto-foto kami di area Kawah Putih, Ciwidey.


Kami juga berfoto diantara pepohonan yang ada di sekitar Kawah Putih…



Setelah puas menyusuri Kawah Putih selama 1 jam, kamipun naik kembali ke atas menuju pelataran dimana disana tertera sejarah dari Kawah Putih.


Selesai membaca legenda dari Kawah Putih kami kemudian menghampiri seorang bapak yang sedang bermain Kecapi.


Saat kami mendekati Bapak Kecapi, beliaupun menyanyikan lagu Es Lilin, lagu daerah khas Jawa Barat.

Perjalanan pulang kembali ke Bandung tidak kalah menariknya karena matahari mulai tenggelam dan perumahan penduduk mulai menyalakan lampu.
Hotel, tempat makan sampai Mesjid besar Ciwidey sempat kami abadikan.


Satu hal yang menarik saat perjalanan pulang kami adalah papan iklan salah satu restaurant, yaitu “Ayam Kampungan rumah makan Sindang Ponyo….”


HotMom,
Bulan Agustus ini saya akan berbagi informasi seputar kota Bandung dalam Tema “Cuci Mata”. Minggu depan saya akan cerita mengenai kunjungan saya ke Lawang Wangi.

BYE HOTMOM