Tuesday, June 23, 2015

BANYUWANGI “SUNRISE OF JAVA” - DAY 1


Salam Cinta HotMom,


 Terkesan dengan Bandung saat konferensi Asia Afrika, kota berikutnya yang saya kunjungi adalah Banyuwangi. Festival Banyuwangi yang digagas oleh Bapak Bupati Azwar Anas membuat saya penasaran seperti apa kotanya, budayanya, makanannya dan hal menarik lainnya yang saya dapatkan melalui website. Kerjasama yang dilakukan kantor saya dengan Banyuwangi akhirnya mengantarkan saya ke kota ini. 5 hari disini membuat saya memiliki waktu yang sangat banyak untuk eksplorasi termasuk melihat kegiatan International Tour De Ijen yang dilaksanakan setiap tahun.


BANDARA BLIMBINGSARI




Seperti kota kabupaten lainnya, bandara disini berukuran kecil karena frekuensi penumpang yang datang dan pergi tidak terlalu ramai. Namun apabila dilihat bangunan bagian belakang, bandara Blimbingsari akan dibangun dengan sangat indah. Pak Anas banyak melakukan pembangunan disana sini saat dia mulai menjabat sebagai Bupati Banyuwangi. Salah satunya adalah bandara Blimbingsari ini.


RESTORAN IBUNDA


 Driver yang bernama Budi sudah menunggu saya di bandara. Saya bertanya dimana restoran khas Banyuwangi yang dekat bandara untuk makan siang. Spontan mas Budi mengatakan bahwa dia akan membawa saya ke restoran favorite pak Anas, yaitu restoran Ibunda. Sebenarnya saya tidak percaya bahwa ini adalah restoran favorite pak Anas, tapi saya ikut saja ke restoran Ibunda ini dan makan siang disana.




Jenis masakannya berkuah seperti gulai ikan, gulai daging, sayuran bersantan dan goreng-gorengan. Namun yang menjadi khas dan dicari orang saat datang ke restoran ini adalah “Botok Tawon”.



Penasaran dengan namanya sayapun mencoba Botok Tawon ini.
Ternyata benar rasanya sangat enak. Tawon dimasak dengan menggunakan belimbing sehingga ada paduan rasa asam dan manis.
Saya tidak menemukan informasi Botok Tawon ini melalui internet, dan saya sangat berterima kasih kepada mas Budi bahwa dia merekomendasikan saya makan di restoran Ibunda.

ISI KOPER HOTMOM


Setibanya di hotel, saya mulai mengatur barang-barang yang saya bawa. Penerbangan dari Jakarta – Surabaya, bagasi saya tepat 15 kg dan dari Surabaya ke Banyuwangi dikenakan biaya karena kelebihan berat 5 kg. Perjalanan dari Surabaya ke Banyuwangi menggunakan pesawat kecil dimana maksimal bagasi per orang hanya 10 kg.
Yang saya bawa antara lain adalah gift buat teman-teman di Banyuwangi, pakaian, toiletries dan 3 proposal untuk pemda .

SEGO TEMPONG  MBO NAH


Setelah check in di hotel dan bersih-bersih, saya bersiap-siap menuju hotel tempat tim Merdeka.com dan wartawan lainnya yang meliput kegiatan International Tour De Ijen berkumpul.
Saya berkenalan dengan ajudan Bupati yang ternyata masih muda, tampan dan low profile. Bersama dengan rombongan wartawan dari media lain kami pergi untuk makan malam. Restoran pilihan kami adalah restoran yang menyajikan makanan Sego Tempong. Ajudan membawa kami ke restoring Sego Tempong Mbo Nah.


Saat kami tiba, restoran ini sudah penuh dengan antrian pembeli.
Restorannya sangat sederhana yang terbagi 2 bagian, yaitu di sisi kiri untuk take away dan sisi kanan untuk pembeli yang akan makan disana.


Tempat duduk yang disediakan berupa kursi-kursi kayu panjang yang tersebar di beberapa tempat.
Saya mengambil foto teman-teman dari Merdeka.com bersama ajudan bupati. Senang jalan bersama mereka karena selalu penuh tawa.


Nasi tempong atau akrab dengan sebutan Sego tempong adalah makanan khas Banyuwangi berupa kumpulan sayuran yang sudah direbus seperti bayam, kenikir dan daun kemangi dan lauk tahu, tempe, bakwan jagung goreng, dan ikan jambal goreng tepung. Nasi ini kemudian disiram dengan sambal kacang. Ciri khasnya adalah bau kencur yang sangat terasa dari sambalnya. Namun ada pula yang menggunakan sambal terasi yang juga sangat pedas.

PENDOPO BUPATI 


Selesai makan malam di restoran Sego Tempong Mbo Nah, ajudan mengajak kami ke Pendopo untuk bertemu dengan Bupati Azwar Anas. 
Kami dibawa berkeliling mengelilingi pendopo. Areanya sangat luas dan indah dihiasi lampu-lampu lampion putih dan lampu taman.

Pendopo Sabha Swagata Blambangan adalah rumah dinas Bupati Banyuwangi.  Bangunan ini terletak di kawasan Taman Sritanjung (dulu bernama Lapangan Tegal Masjid).
Kawasan ini dahulu adalah kawasan yang diistilahkan sebagai "sistem pemerintahan macapat" dimana Lapangan Tegal Masjid (Taman Sritanjung) sebagai tempat berkumpulnya warga (alun-alun) terdapat di tengah-tengah, lalu Pendopo sebagai pusat pemerintahan di sisi utara lapangan, Masjid Jami’ sebagai tempat ibadah di sisi barat lapangan, penjara sebagai perlambang keamanan (kini menjadi Mall of Sritanjung) di sisi timur lapangan dan Pasar Banyuwangi sebagai pusat kegiatan ekonomi di sisi selatan lapangan.


Ruang demi ruang dijelaskan oleh ajudan dan saya tertarik dengan kasur merah yang berada di luar kamar di bangunan paling belakang pendopo.
Penjelasan dari ajudan adalah bahwa kasur merah ini merupakan tradisi dari masyarakat Banyuwangi yang disebut dengan Mepe Kasur (menjemur kasur).

Tradisi  mepe kasur digelar oleh warga Osing (penduduk asli Banyuwangi) di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi. Tradisi ini digelar sebelum pelaksanaan ritual adat Tumpeng Sewu, sebuah tradisi makan tumpeng dengan lauk khas lokal secara bersama-sama sebagai wujud syukur kepada Tuhan.
Kasur kombinasi warna merah hitam dijemur di depan masing-masing rumah warga desa Kemiren yang dipercaya sebagai lambang tolak bala penyakit dan keutuhan rumah tangga.

BERTEMU BUPATI AZWAR ANAS


Bapak bupati sangat baik dan sederhana. Dengan menggunakan sarung setelah selesai sholat Isya, beliau datang menghampiri kami yang sudah menunggu di salah satu ruang di pendopo.

Beliau sangat ramah dan berusaha sebaik mungkin menjamu tamunya dengan menyediakan berbagai macam buah-buahan seperti pisang, jeruk dan durian. Kopi khas Banyuwangi juga tidak lupa disajikan.
Banyak hal yang kami bicarakan mulai dari sejarah Banyuwangi sampai kepada  rencana pengembangan kota .



Setelah hampir 1 jam kami berada diluar, pak Anas mengajak kami masuk ke ruang dalam untuk bersama-sama menonton final dangdut akademi dimana salah satu warga Banyuwangi yang bernama Danang berhasil masuk ke 3 besar.
Pak Anas sangat bangga dengan warganya ini dan bercerita mengenai kehidupan dan perjuangan Danang sehingga bisa masuk ke 3 besar.

Sembari teman-teman menonton, saya menikmati dan mengambil foto-foto ruang keluarga yang sangat besar dan nyaman ini.
Pak Anas didampingi putranya saat menonton Danang di televisi.

HOTMOM,

Hari pertama saya di Banyuwangi sangat mengesankan. Saya sudah mencoba Botok Tawon, Sego Tempong dan kopi khas Banyuwangi di pendopo bersama pak Bupati Azwar Anas. Saya juga ikut menyaksikan final dangdut akademi dimana salah satu finalisnya bernama Danang, merupakan putra Banyuwangi.

Tidak terbayangkan sebelumnya bahwa saya akan terbang ke Banyuwangi yang memiliki pesona alam yang sangat indah.

Rencana saya selanjutnya adalah menyempatkan diri ke Pulau Merah, Kawah Ijen dan Taman Nasional disela-sela meeting saya dengan pihak pemerintah daerah setempat.

Tunggu cerita saya mengenai Banyuwangi minggu depan.


Bye Hotmom…..

0 comments:

Post a Comment