Tuesday, June 23, 2015

BANYUWANGI “SUNRISE OF JAVA” – KAWAH IJEN

Salam Cinta HotMom,


Waktu yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Tepat jam 12 tengah malam operator hotel menghubungi saya ke kamar bahwa guide yang akan menemani saya mendaki ke kawah Ijen sudah datang. Sayapun bersiap-siap membawa perlengkapan seperti senter, minuman air mineral 2 botol dan makanan kecil yang saya masukkan ke dalam ransel. Jaket tebal, topi , celana anti dingin , kaos kaki dan sepatu untuk mendaki sudah siap dikenakan. Sebenarnya tidak boleh hanya menyewa guide untuk mendaki tetapi harus dengan paket kendaraannya. Namun manager hotel yang baik hati membantu mencarikan guide untuk menemani saya.

MENDAKI GUNUNG IJEN


Setelah berkendara dari Watu Dodol selama 1 jam lebih, akhirnya kami tiba di Paltuding sekitar jam 01.15 pagi. Paltuding merupakan Pos PHPA (Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam) dimana semua wisatawan yang akan naik ke kawah Ijen berkumpul disana.
Jam 02.00 kawah baru dibuka untuk wisatawan naik. Oleh karena itu kami nongkrong di salah satu warung untuk minum kopi atau mencicipi makanan kecil. Banyak terdapat warung disana dimana selain menjual makanan mereka juga menjual souvenir, pakaian hangat dan kebutuhan pendakian untuk menyaksikan keindahan kawah Ijen.


Cuaca disini sangat dingin sekitar 5’C. Untung saya mengenakan semua perlengkapan dingin seperti yang dianjurkan di internet. Kopi hitam panas yang saya pesan rasanya sangat nikmat. Guide saya yang bernama Fauzi duduk disamping menemani saya sambil menunggu dibukanya penjualan karcis.

Sebelum jam 02.00 Fauzi menyarankan saya untuk ke toilet demi kenyamanan selama pendakian. Dan setelahnya kamipun antri membeli karcis seharga Rp. 10.000 perorang untuk turis lokal dan Rp. 100.000 per orang untuk turis mancanegara.

Dari Paltuding kami harus berjalan kaki mendaki dengan jarak sekitar 3 km. Lintasan awal sejauh 1,5 km cukup berat karena menanjak. Sebagian besar jalur dengan kemiringan 25-35 derajad. Selain menanjak struktur tanahnya juga berpasir sehingga menambah semakin berat langkah kaki karena harus menahan berat badan agar tidak merosot ke belakang. Nafas saya mulai terasa berat dan kelelahan. Berkali-kali saya berhenti untuk beristirahat dan mengatur nafas. Fauzi tidak mengijinkan saya duduk karena bisa terkena serangan kram.

Setelah beristirahat di Pos Bunder (pos yang unik karena memiliki bentuk lingkaran) jalur selanjutnya relatif agak landai. Selain itu wisatawan/pendaki di suguhi pemandangan deretan pegunungan yang sangat indah.


Setelah mendaki hampir 2 jam kami tiba di area perbukitan yang luas berpasir dan berwarna coklat. Saya beristirahat disini untuk beberapa saat sebelum melanjutkan pendakian sampai ke puncak.
Rencana awal saya ingin melihat Blue Fire. Namun karena lokasi turun ke bawah yang sangat terjal dan jauh saya memutuskan untuk naik dulu ke puncak untuk melihat matahari terbit.


Alhamdulillah….setelah melakukan perjuangan mendaki ke puncak Kawah Ijen, saya akhirnya tiba disini….semua rasa capek dan lelah hilang sirna begitu melihat keindahan kawah Ijen dari atas puncak .

Saya dan beberapa turis mancanegara berdiri menunggu matahari terbit sambil berfoto. Udara di sini sangat dingin dan berangin. Tenggorokan terasa kering dan agak sakit. Mungkin ini akibat dari belerang yang ada di kawah. Sedikit demi sedikit matahari mulai memperlihatkan wajahnya. Warna orange kekuningan menghiasi langit sebelum dia benar-benar keluar. Saya tidak bisa memberikan foto yang terbaik, tetapi saya menyaksikan betapa indahnya detik-detik menunggu matahari terbit di puncak kawah Ijen.


Seperti Hotmom ketahui bahwa Gunung Ijen adalah sebuah gunung berapi aktif yang terletak di daerah Kabupaten BanyuwangiJawa TimurIndonesia. Gunung ini mempunyai ketinggian 2.443 m dan telah empat kali meletus (1796, 1817, 1913, dan 1936).


Cukup lama saya berada diatas menikmati pemandangan sambil mencicipi makanan kecil yang saya bawa.


Setelah puas berada di atas, saatnya saya bersama Fauzi menuruni kawah Ijen. Dalam perjalanan turun kita banyak melihat para penambang belerang membawa hasil tambangannya untuk ditimbang. Shock mendengar penjelasan mereka bahwa belerang seberat 60 kg yang mereka angkut dari bawah hanya diharga Rp. 54.000 atau Rp. 900 per - kg. Para penambang tidak bertubuh kekar namun memiliki kekuatan fisik yang luar biasa. Dalam sehari mereka 2x naik turun kawah untuk menambang belerang.

Hotmom,
Perjalanan turun tidaklah mudah karena kita harus menahan berat badan dan berjalan pelan agar tidak terpeleset akibat batu-batu kerikil. Lutut terasa bergetar dan sendi lutut agak terasa nyeri. Sayapun berhenti beristirahat di tempat penimbangan belerang sambil minum kopi.

Sekitar jam 08.30 pagi kami baru tiba kembali di Paltuding dan menyempatkan diri untuk istirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan pulang kembali ke Hotel.

PETERNAKAN TAWON/LEBAH


Sangat Indah ternyata perjalanan menuju Kawah Ijen. Saya tidak melihat pemandangan saat keberangkatan karena kami pergi pada tengah malam. Saat turun ini saya bisa melihat dengan jelas pemandangan yang sangat indah dimana diantara pepohonan saat menuruni gunung banyak peternak Tawon atau Lebah  yang menternakkan lebahnya dengan menggunakan box atau kotak berwarna warni.


Penasaran dengan kotak warna warni yang begitu banyak mengitari pegunungan, sayapun berhenti untuk melihat apa isi kotak-kotak tersebut. Ternyata isinya adalah Tawon atau Lebah yang diternakkan. Madunya diambil dan dijual sedangkan Tawonnya ada yang dibuat masakan yaitu Botok Tawon.


Harga madu per botol dijual mulai dari Rp. 150.000 – Rp. 200.000 tergantung jenis dan kualitasnya.

Setelah berkendara hampir 1 jam lebih akhirnya saya tiba di Watu Dodol Resort pada jam 10.00 pagi. Tanpa mandi pagi sayapun tewas tertidur di hotel sampai jam 4 sore….

HOTMOM,

Perjalanan saya yang hampir 10 jam ( dari jam 12 malam sampai jam 10 pagi) menuju Kawah Ijen memberikan pengalaman yang luar biasa bahwa betapa indahnya alam Indonesia yang masih belum banyak diketahui atau dikunjungi oleh masyarakat Indonesia.

Objek wisatanya boleh dikatakan sangat sempurna, namun fasilitas yang sangat dibutuhkan dan ternyata tidak tersedia di Kawah Ijen adalah toilet. Saat mendaki banyak keluhan dari turis lokal maupun mancanagera khususnya wanita bahwa tidak ada fasilitas toilet sehingga harus buang air kecil di rumput-rumput yang sangat tidak memadai dan sangat kotor. Karena sudah tidak dapat menahan keinginan untuk buang air kecil akhirnya sayapun mengalami hal serupa yaitu buang air kecil di toilet alam…
Harapannya adalah pemerintah setempat membangun toilet ini karena kekurangan satu hal kecil bisa menyebabkan penilaian yang kurang baik terhadap keindahan objek wisata Kawah Ijen.

Terus terang saya sudah jatuh cinta dengan Kawah Ijen dan akan kembali lagi untuk melihat Blue Fire yang belum sempat saya kunjungi karena kelelahan.

Apabila ada kesempatan, saya menganjurkan Hotmom untuk melihat Kawah Ijen bersama keluarga di Banyuwangi karena harga untuk menuju kesini masih terjangkau. Tiket pesawat menggunakan Lion Air, seharga Rp. 1.900.000, PP, transit di Surabaya, kemudian harga hotel berkisar Rp. 250.000 – Rp. 750.000. Paket menuju Kawah Ijen lengkap dengan kendaraan Rp. 450.000.
So, tidak ada salahnya datang berwisata ke Banyuwangi melihat Kawah Ijen yang fantastis….



Bye Hotmom…..

0 comments:

Post a Comment