Saturday, June 6, 2015

BANYUWANGI “SUNRISE OF JAVA” – DAY 2

Salam Cinta HotMom,


Hari kedua saya di Banyuwangi tidak kalah seru dengan hari pertama. Di hari pertama saya lalui dengan wisata kuliner , yaitu mencoba Botok Tawon, Sego Tempong, dan Kopi khas Banyuwangi. Di hari kedua ini saya menikmati Watu Dodol, Pulau Merah, mencoba Rujak Soto dan menghadiri malam penutupan acara International Tour De Ijen di Taman Blambangan yang dihadiri oleh ribuan masyarakat Banyuwangi. Kegiatan hari ini mempunyai daya tarik tersendiri yang membuat saya tidak akan pernah lupa dengan Banyuwangi.

WATU DODOL


Saya menginap di Watu Dodol Resort yang berjarak sekitar 1KM dari tempat wisata Watu Dodol.

Pagi tepat jam 05.30 saya olahraga pagi berjalan kaki dari hotel menuju tempat wisata Watu Dodol untuk melihat pemandangan disana. Warna langit yang sangat biru dan suara ombak membuat pagi saya sangat bergairah dan mengambil beberapa foto disini.

Kawasan Wisata Pantai Watu Dodol merupakan pintu masuk ke Kabupaten Banyuwangi dari wilayah Kabupaten Situbondo. Nama Watu Dodol sendiri merujuk kepada sebuah batu besar setinggi 6 meter yang berlokasi tepat di antara kedua ruas jalan raya. Lokasi kawasan wisata ini sekitar 5 kilometer dari Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi.


Watu Dodol merupakan batu karang berwarna hitam yang sangat keras serta memiliki bentuk yang unik, yaitu bagian atasnya lebih besar daripada dasarnya. Pada bagian selatan sisinya, tumbuh sebatang pohon kelor yang menambah keunikan batu tersebut. Meskipun dulu terlihat angker, tetapi kini Watu Dodol terlihat asri karena dihiasi taman sebagai jalur hijau.

Patung Gandrung (tarian khas Banyuwangi) dengan tulisan Selamat Datang di Kabupaten Banyuwangi menjadi penghias gerbang masuk ke Kabupaten Banyuwangi.


Setelah hampir 1 jam di Watu Dodol, saya pun kembali ke hotel untuk bersiap-siap karena jam 10 saya akan berangkat ke Pulau Merah.

PULAU MERAH


Pulau Merah atau Pulo Merah adalah sebuah pantai dan objek wisata di Kecamatan PesanggaranBanyuwangi. Pantai ini dikenal karena sebuah bukit hijau kecil bertanah merah yang terletak di dekat bibir pantai. Bukit ini dapat dikunjungi dengan berjalan kaki saat air laut surut. Di sana juga terdapat Pura dimana warga yang beragama Hindu disana melaksanakan upacara Mekiyis.


Perjalanan menuju Pulau Merah memakan waktu sekitar 2 jam dari Hotel Watu Dodol tempat saya menginap. Pemandangannya sangat indah dimana air sungai kecil mengalir bersih di sepanjang jalan yang saya lewati. Sungai kecil ini berfungsi sebagai pengairan untuk sawah dan perkebunan yang ada di sana. Banyak rumah-rumah penduduk yang dijadikan tempat menginap bagi turis lokal maupun mancanegara.


Sepintas pantai ini terlihat kurang terawat dengan baik, namun menurut penduduk setempat , tempat ini sudah banyak mengalami perubahan dan kemajuan. Kemajuan dan perkembangan dilakukan pada masa jabatan pak Azwar Anas, itu yang mereka katakan ke saya.

Terdapat banyak kedai dan beberapa toko yang menjual souvenir. Untuk kegiatan airnya terdapat perahu yang dapat dinaiki sekitar 10 orang yang membawa pengunjung mengelilingi bukit hijau kecil yang berada di tengah pulau.


Saya dan mas Budi (driver) duduk menikmati kelapa muda di area sekitar pantai. Kami berbicara dengan pemilik warung tempat kami memesan kelapa muda. Mereka menceritakan bahwa pada tahun 1990-an, kawasan Pulau Merah ini pernah rusak parah akibat diterjang bencana tsunami.

Mereka juga bercerita bahwa Bapak Bupati  Azwar Anas memberikan perhatian penuh terhadap pengembangan kawasan wisata ini, salah satunya dengan memperbaiki akses jalan menuju lokasi. Pada akhir 2012 lalu, Pemkab Banyuwangi telah memperkenalkan Pantai Pulau Merah ke dunia internasional melalui penyelenggaraan ajang lomba balap sepeda "Banyuwangi Tour de Ijen".


REST AREA ISTANA GANDRUNG


Saya tidak berlama-lama di Pulau Merah karena malam nanti saya harus hadir pada acara Malam Penutupan International Tour De Ijen yang akan dilaksanakan di Taman Blambangan.
Dalam perjalanan pulang ke kota, saya mampir di Rest Area Istana Gandrung untuk makan siang dan mencoba Rujak Soto Banyuwangi yang terkenal sangat enak rasanya.



Saya memesan Rujak Soto Special ditambah es jeruk seharga total Rp. 20.000. Rasanya unik, kombinasi antara bumbu rujak kacang dengan kuah dari soto, dimakan dengan lontong dan kerupuk. Saya menyukai Rujak dibandingkan dengan Sego Tempong.
Selesai makan saya melihat-lihat apa saja yang ada dan dijual disini. Terdapat makanan kecil khas Banyuwangi seperti kue Pai, kue kering, Bagiak dan kerajinan khas Banyuwangi.


Terdapat lahan yang cukup luas disamping sebagai tempat pertunjukan dengan  panggung dan meja-meja makan untuk tempat pengunjung melihat pertunjukan.


Saya membeli Bagiak dan Pai untuk dibawa sebagai oleh-oleh teman  kantor di Jakarta.

MALAM PENUTUPAN INTERNATIONAL TOUR DE IJEN

Pulang dari Pulau Merah sekitar jam 3 siang, saya sibuk mencari salon yang bagus di Banyuwangi karena malam ini saya harus menghadiri acara penutupan International Tour De Ijen yang dilaksanakan di Pendopo dan dilanjutkan pesta rakyat di Taman Blambangan.


Setelah berdandan dengan rapi mengenakan busana panjang semata kaki, jam 6 sore saya menjemput teman-teman wartawan Merdeka.com di hotel yang tidak jauh dari lokasi hotel saya menginap. Semuanya sudah rapi dengan busana batik dan berkumpul di lobby hotel.  Bersama ajudan Bupati yang tampan kamipun berangkat menuju Pendopo. Di dalam perjalanan ajudan memberikan informasi bahwa pak Bupati sudah berada di Taman Blambangan sehingga kamipun langsung meluncur kesana.


Stuck…, itulah yang terjadi…area menuju Taman Blambangan dipenuhi oleh ribuan  pengendara motor dan pejalan kaki yang hendak menuju kesana. Mereka bukan ingin melihat malam penutupan, tetapi ingin melihat penampilan Danang, penyanyi asal Banyuwangi yang masuk 3 besar di kontes Dangdut yang dilaksanakan oleh salah satu TV nasional. Danang merupakan kebanggaan bagi masyarakat Banyuwangi.


Taman Blambangan adalah sebuah lapangan besar (alun-alun) yang terletak di Kota Banyuwangi. Sebelumnya, area ini dinamakan Lapangan Tegaloji dikarenakan disekelilingnya terdapat bangunan-bangunan yang diperuntukkan untuk warga kolonial Belanda. Taman Blambangan berbentuk lapangan luas berumput yang di tepinya terdapat arena untuk lari kecil. Sedangkan di bagian barat lapangan terdapat Gelanggang Seni dan Budaya (Gesibu Blambangan) yang ditandai dengan sebuah bangunan seperti candi. Area ini dilengkapi dengan lapangan bola basket, arena skateboard dan area kuliner..


Setelah menyaksikan acara penutupan dan menonton Danang menyanyikan beberapa lagu, saya dan teman-teman dari Merdeka.com meninggalkan Taman Blambangan berjalan kaki menuju area parkir mobil yang berjarak sekitar 2 km dari Taman Blambangan dan kembali ke hotel.

HOTMOM,

Hari ini sangat menyenangkan karena saya bisa merasakan kebanggaan yang luar biasa dari masyarakat Banyuwangi terhadap Danang yang bisa masuk 3 besar Dangdut Akademi dan melihat langsung penampilannya di panggung pada malam penutupan International Tour De Ijen. Baru kali ini saya berjalan kaki bersama ribuan masyarakat Banyuwangi menuju Taman Blambangan dengan antusias walaupun cuaca terasa sangat panas.

Saya juga berhasil mencoba Rujak Soto, mengunjungi Pulau Merah dan membeli makanan khas Banyuwangi sebagai oleh-oleh.

Banyak yang harus dibenahi di tempat-tempat wisata yang saya kunjungi karena tempat wisata ini memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan. Salut kepada pak Bupati yang dengan cepat membangun dan mengembangkan tempat-tempat wisata di Banyuwangi dimana dampaknya terhadap perekonomian penduduk setempat sangat bagus.

Jangan bosan membaca cerita saya karena minggu depan Kawah Ijen yang fenomenal akan menjadi berita di hotmom.

Bye Hotmom…..








0 comments:

Post a Comment